Kamis, 20 Oktober 2011

__Semua Tentang Keikhlasan__


Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar. (QS An-nisa:146)

Ada sebuah pertanyaan yang menggelayuti pikiran saya, ketika teman Saya bertanya “Sudahkah Kamu ikhlas sebagai Hamba Allah, Ratu?” yah pertanyaan itu begitu dalam bagi saya, menampar-nampar diri Saya yang kerdil ini. Sulit bagi saya untuk mengukur sejauh mana keikhlasan saya dalam beribadah, atau justru memang tidak ada keikhlasan sama sekali? Na’udzubillahi min dzaliik…

Ketika kita bisa MencintaiNYA dan Ikhlas menjadi HambaNya, terasa kita begitu “mencandu-NYA”, Neraka pun tak mengapa asalkan mendapat RidhoNya, syurga bukan lagi tujuan utama Karena itu adalah sebagian bukti cintaNYA. Begitulah selalu Robiatul Adawiyah berdoa, untuk mendekatkan diri pada Sang Kekasih Hati agar bisa merasakan keikhlasan ketika menjadi HambaNYA.

“Mbak, Saya mau minta air satu ember, karena sumur di rumah kami kering” begitu pinta tetangga ku di suatu pagi. Walaupun aku mengizinkannya untuk mengambil satu ember air dari dalam rumahku, ternyata aku tidak bisa menyembunyikan ketidak ikhlasanku, dengan wajah yang masam, ketika tetanggaku berlalu sambil mengucapkan terima kasih yang cukup tulus terpancar dari wajahnya.

Sementara dalam hatiku sudah berkecamuk berbagai macam prasangka kepadanya “Pagi-pagi udah gangguin orang” suara bisikan itu sudah merasuk ke dalam hatiku. Astaghfirullah… bisikku perlahan, hanya karena seember air, aku sudah berlaku tidak adil pada tetanggaku, karena sebenarnya dia juga mempunyai hak untuk diberi pertolongan. Mungkin seember air itu memang diperlukan oleh tetanggaku untuk memasak air minum untuk keluarganya, mungkin seember air itu diperlukan untuk keperluan mandi anaknya yang mau berangkat sekolah, Bagaimana jika Allah menghendaki sumur di rumahku yang kekeringan? Hanya karena ketidak ikhlasan memberi seember air, rusak sudah amalanku dan tidak bernilai apapun di sisiNYA.

Baru kusadari betapa tidak ikhlasnya aku dalam beramal, seringkali kita terasa berat mengerjakan amalan-amalan yang ringan, dikarenakan kurang ikhlas dalam mengamalkannya. Astaghfirullahal ‘Adziim.

Rabu, 28 September 2011

Segmental dengan Suprasegmental


Perbedaan Antara Fonem Segmental dengan Suprasegmental dan Intisari Materi “Morfem dan Makna Gramatikal”

Fonem adalah bunyi, dan bunyi, menurut bisa terpisah-tidaknya, terbagi menjadi dua: segmental dan suprasegmental. Segmental adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya, ketika kita mengucapkan “Bahasa”, maka nomina yang dibunyikan tersebut (baca: fonem), bisa dibagi menjadi tiga suku kata: ba-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi sehingga menjadi: b-a-h-a-s-a. Sedangkan suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem tersebut yang itu bisa berupa tekanan suara (intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu. Nah, kesemua yang tercakup ke dalam istilah suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang terdapat dalam fonem itu bisa dipisahkan sedangkan yang mengiringinya tidak bisa dipisahkan. Itulah yang dimaksud dengan segmental dan suprasegmental. Meskipun dari sini sudah jelas letak perbedaan keduanya, tetapi ada perbedaan yang patut pula kita ketahui sebagai penambah wawasan, yaitu perbedaan menurut jenis makna yang dihasilkannya. Untuk memahami pembagian menurut titik tolak ini, bisa dilihat pada ilustrasiu berikut: ketika seseorang mengucapkan nomina, “Ibu”, secara datar tanpa diiringi oleh intonasi dan getaran-getaran tertentu, maka fonem yang mengandung nomina “Ibu” tersebut hanya dapat dipahami maknanya sebagai “Ibu” saja, tidak lebih. Tetapi kalau ia diucapkan dengan intonasi yang kasar misalkan dan dengan getaran-getaran yang tidak biasa, maka kita bisa tahu bahwa orang yang mengucapkannya itu adalah orang yang kasar terhadap ibunya dan dari situ lantas kita bisa menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah anak yang durhaka, yang tak berbakti kepada orangtua. Dari ilustrasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa perbedaan antara segmenta dengan suprasegmental adalah kalau yang pertama dia hanya menghasilkan makna tekstual (sesuai makna nomina yang diucapkan), sedangkan yang kedua mampu menghasilkan makna yang kontekstual (karena makna tekstualnya sudah bercampur dengan keadaan dan kondisi si pengucap yang itu diketahui lewat intonasi dan getaraan-getaran yang mengiringi fonem tersebut). Catatan: tulisan di atas berdasarkan pemahaman penulis setelah membaca buku Introduction to Lingustics karya Ronald Wardhaugh, dan sebuah buku yang membahas Linguistik bahasa Jawa. Intisari Materi “Morfem dan Makna Gramatikal”: 1. makna gramatikal adalah makna yang dikandung oleh afiks (imbuhan) yang maknanya bisa menunjukkan keterangan: satuan jumlah, gender, status kepemilikan, waktu, aspek, diatesis, orang, dan lain sebagainya. 2. Suatu morfem yang bebas yang tidak kemasukan afiks, maka ia bermakna leksikal. Namun jika ia berafiks, maka ia bermakna gramatikal.

Oleh: Ragil Pamungkas.
28 Sept 2011

Alat Ucap Manusia

ALAT UCAP MANUSIA

OLEH:

Ragil Pamungkas (0903836)


UPI Kampus Serang

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada tim penyusun, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat sebagai tugas dari dosen mata kuliah Fonologi. Dengan selesainya makalah ini tidak lupa tim penyusun ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulisan makalah ini dilakukan untuk membahas salah satu materi kuliah dalam Fonologi yaitu alat ucap manisia.

Dalam konteks ini, isi makalah akan membahas mengenai pengertian alat ucap manusia,macam macam istilah dalam bunyi,proses terjadinya bunyi,proses oronase,proses artikulasi,titik raktikulasi,artikulator,

Akhirnya tim penyusun berharap, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi tim penyusun sendiri dan umumnya bagi para pembaca.

Serang, September 2011

Tim penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………………….i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….…………………………iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….………..1

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………….…………………………1

1.2. Maksud dan Tujuan…………………………………………………….………………………….1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..3

A. Alat ucap Manusia….……………………………………………………………3

B. Macam-Macam istilah Pada Bunyi…………………………………….….8

C.Klasifikasi Bunyi…………………………..…………………….………12

D. Proses terjadinya Bunyi……………………………………………….15

E.Artikulasi…………………………………………………………………….

BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bagian dari Tatabahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya dalam Ilmu Bahasa disebut fonologi.Fonologi adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya. Hal-hal yang dibahas dalam fonologi antara lain sebagai berikut :Bunyi Ujaran, Fonetik dan Fonemik, Alat Ucap, Pita Suara, Vokal, Konsonan, Perubahan Fonem,Intonasi, Ejaan Bahasa Indonesia.

Namun pada makalah ini tim penyusun akan khusus membahas tentang alat ucap pada manusia.hal ini dikarenakan meskipun alat ucap manusia adalah hal dasa dalam fonologi tetapi masih banyak mahasiswa yang kurang memahami pengertian alat ucap serta bagaimana proses alat ucap itu menghasilkan bunyi yang terstruktur dan memiliki arti.

1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian alat ucap manusia ?

2. Bagian – bagian alat ucap manusia ?

3. Proses terbentuknya bunyi bahasa ?

4. Pengertian Artikulasi ?

1.3.Maksud dan Tujuan

Dengan mempelajari Meteri alat ucap manusia, diharapkan mahasiswa akan lebih memahami pengertian dari alat ucap manusia itu sendiri, serta bagaimana prosesnya dari alat ucap, sehingga dapat menghasilkan sebuah bunyi bahasa.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Alat Ucap Manusia

Kita tidak akan memahami sebaik-baiknya segala macam bunyi-ujaran bila kita tidak mengetahui sebaik-baiknya tentang alat ucap yang menghasilkan bunyi-bunyi tersebut. Sebab itu dalam Fonologi dipelajari juga bagian-bagian tubuh yang ada sangkut-pautnya dengan menghasilkan bunyi ujaran tersebut.

nlphead

Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan bunyi. Organ-organ yang terlibat antara lain adalah paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga mulut, bibir, gigi, lidah, alveolum, palatum, velum, dan uvula.

Dalam fonetik artikulatoris hal pertama yang dibicarakan adalah alat ucap manusia yang menghasilkan bunyi bahasa. Sebenarnya alat ucap itu juga memiliki fungsi utama lain yang bersifat biologis. Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama sesuai dengan alat ucap itu namun disesuaikan dengan nama latinnya, misalnya :

1. Paru-paru (lung)

2. Batang tenggorokan (trachea)

3. Pangkal tenggorokan (larynx) – laringal

4. Pita suara (vocal cord)

5. Krikoid (cricoid)

6. Tritoid (thyroid) atau lekum

7. Aritenoid (arythenoid)

8. Dinding rongga kerongkongan (pharynx) – faringal

9. Epiglotis (epiglottis)

10. Akar lidah (root of the tongue)

11. Pangkal lidah (dorsum) – dorsal

12. Tengah lidah (medium) – medial

13. Daun lidah (laminum) – laminal

14. Ujung lidah (apex) – apical

15. Anak tekak (uvula) – uvular

16. Langit-langit lunak (velum)

17. Langit-langit keras (palatum)

18. Gusi, lekung kaki gigi (alveolum) – alveolar

19. Gigi atas (upper teeth dentum)

20. Gigi bawah (lower teeth dentum)

21. Bibir atas (upper lip labium)

22. Bibir bawah (lower lip labium)

23. Mulut (mouth)

24. Rongga mulut (oral cavity)

25. Rongga hidung (nasal cavity)

9979produksi-suara-manusia

Selanjutnya sesuai dengan bunyi bahasa itu dihasilkan, maka harus kita gabungkan istilah dari dua nama alat ucap itu. Misalnya, bunyi apikodental yang gabungan antara ujung lidah dengan gigi atas.

B. Klasifikasi Bunyi

a. Vokal dan Konsonan

Pada umumnya bunyi bahasa dibedakan atas vokal dan konsonan. Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit. Bunyi konsonan terjadi setelah arus udara melewati pita suara yang terbuka sedikit atau agak lebar. Jadi, beda terjadinya bunyi vokal dan konsonan adalah arus udara dalam pembentukan bunyi vokal, setelah melewati pita suara tidak mendapat hambatan apa-apa.

sedangkan dalam pembentukan bunyi konsonan arus udara itu masih mendapat hambatan atau gangguan.

b. Klasifikasi Vokal

Bunyi vokal biasanya diklasifikasikan dan diberi nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertikal bisa bersifat horizontal. Secara vertikal dibedakan adanya vokal tinggi (I dan u), vokal tengah (e dan o) dan vokal rendah (a). Secara horizontal dibedakan adanya vokal depan (i dan e), vokal pusat (ә), dan vokal belakang (u dan o).

c. Klasifikasi Konsonan

Bunyi konsonan dibedakan berdasarkan tiga patokan atau kriteria yaitu posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi. Sedangkan berdasarkan posisi pita suara dibedakan adanya bunyi bersuara dan tak bersuara.

Faringalisasi : dilakukan dengan cara menarik lidah ke arah belakang ke dinding faring

C. Proses Terjadinya bunyi

Proses produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah proses fisiologis, yaitu : pembentukan aliran udara dari paru-paru, perubahan aliran udara dari paru-paru menjadi suara, baik voiced, maupun unvoiced yang dikenal dengan istilah phonation, dan artikulasi yaitu proses modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang spesifik.

Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah : paru-paru, tenggorokan (trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal cord), rongga mulut (oral cavity), rongga hidung (nasal cavity), lidah (tongue), dan bibir (lips), seperti dapat dilihat pada gambar diatas!

Organ tubuh ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu : vocal tract (berawal di awal bukaan pita suara atau glottis, dan berakhir di bibir), nasal tract (dari velum sampai nostril), dan source generator (terdiri dari paru-paru, tenggorokan, dan larynx). Ukuran vocal tract bervariasi untuk setiap individu, namun untuk laki-laki dewasa rata-rata panjangnya sekitar 17 cm. Luas dari vocal tract juga bervariasi antara 0 (ketika seluruhnya tertutup) hingga sekitar 20 cm2. Ketika velum, organ yang memiliki fungsi sebagai pintu penghubung antara vocal tract dengan nasal tract, terbuka, maka secara akustik nasal tract akan bergandengan dengan vocal tract untuk menghasilkan suara nasal.

Aliran udara yang dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika pita suara dalam keadaan berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya bergetar. Aliran udara tersebut dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal pulsa yang bersifat quasi-periodik. Sinyal pulsa tersebut kemudian mengalami modulasi frekuensi ketika melewati pharynx, rongga mulut ataupun pada rongga hidung. Sinyal suara yang dihasilkan pada proses ini dinamakan sinyal voiced. Namun, apabila pita suara dalam keadaan relaksasi, maka aliran udara akan berusaha melewati celah sempit pada permulaan vocal tract sehingga alirannya menjadi turbulen, proses ini akan menghasilkan sinyal unvoiced. Ketika sumber suara melalui vocal tract, kandungan frekuensinya mengalami modulasi sehingga terjadi resonansi pada vocal tract yang disebut formants. Apabila sinyal suara yang dihasilkan adalah sinyal voiced, terutama vokal, maka pada selang waktu yang singkat bentuk vocal tract relative konstan (berubah secara lambat) sehingga bentuk vocal tract dapat diperkirakan dari bentuk spektral sinyal voiced.

Aliran udara yang melewati pita suara dapat dibedakan menjadi phonation, bisikan, frication, kompresi, vibrasi ataupun kombinasi diantaranya. Phonated excitation terjadi bila aliran udara dimodulasi oleh pita suara. Whispered excitation dihasilkan oleh aliran udara yang bergerak cepat masuk ke dalam lorong bukaan segitiga kecil antara arytenoids cartilage di belakang pita suara yang hampir tertutup. Frication excitation dihasilkan oleh desakan di vocal tract. Compression excitation dihasilkan akibat pelepasan udara melalui vocal tract yang tertutup dengan tekanan tinggi. Vibration excitation disebabkan oleh udara yang dipaksa memasuki rusang selain pita suara, khususnya lidah. Suara yang dihasilkan oleh Phonated excitation disebut voiced. Suara yang dihasilkan oleh Phonated excitation ditambah frication disebut mixed voiced, sedangkan yang dihasilkan oleh selain itu disebut unvoiced. Karakteristik suara tiap individu bersifat unik karena terdapat perbedaan dalam hal panjang maupun bentuk vocal tract.

D. Artikulasi

a. Proses artikulasi

- Labialisasi : dilakukan dengan membulatkan bentuk mulut.

- Palatilisasi : dilakukan dengan menaikkan bagian depan lidah.

- Velarisasi : dilakukan dengan cara menaikkan belakang lidah ke arah langit-langit lunak.

Alat ucap terbagi dua yaitu artikulator pasif dan artikulator aktif. Artikulator pasif adalah organ-organ yang tak bergerak sewaktu terjadi artikulasi suara seperti bibir atas, gigi atas dan alveolum.

Artikulator aktif bergerak ke arah artikulator pasif untuk menghasilkan berbagai bunyi bahasa dengan berbagai cara. Artikulator aktif utama adalah lidah, uvula, dan rahang bawah (termasuk gigi bawah dan bibir bawah).

Bunyi-ujaran dihasilkan oleh berbagai macam kombinasi dari alat-ucap yang terdapat dalam tubuh manusia. Ada tiga macam alat-ucap yang perlu untuk menghasilkan suatu bunyi-ujaran, yaitu:

  1. Udara : yang dialirkan keluar dari paru-paru.
  2. Artikulator : bagian dari alat-ucap yang dapat digerakkan atau digeserkan untuk menimbulkan suatu bunyi.

b. Titik artikulasi

Titik artikulasi ialah bagian dari alat-ucap yang menjadi tujuan sentuh dari artikulator dalam menimbulkan bunyi-ujaran /k/ misalnya, dapat kita lihat kerja sama antara ketiga faktor tersebut dia atas. Mula-mula udara mengalir keluar dari paru-paru, sementara itu bagian belakang lidah bergerak ke atas serta merapat ke langit-langit lembut. Akibatnya udara terhalang. Dalam hal ini belakang lidah menjadi artikulatornya, karena belakang lidah merupakan alat-ucap yang bergerak atau digerakkan, sedangkan langit-langit lembut menjadi titik artikulasinya, karena dia tidak bergerak, dia menjadi tempat tujuan atau tempat sentuh belakang lidah.

Yang termasuk alat ucap adalah: paru-paru (tempat asal aliran udara), tenggorokan, di ujung atas tenggorokan ( laring ) terdapat pita suara. Ruang di atas pita suara hingga ke perbatasan rongga hidung disebut faring . Alat-alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut adalah: bibir ( labium ), gigi ( dens ), lengkung kaki gigi ( alveolum ), langit-langit keras ( palatum ), langit-langit lembut ( velum ), anak tekak ( uvula) , lidah, yang terbagi lagi atas beberapa bagian yaitu: ujung lidah ( apex ), lidah bagian depan, lidah bagian belakang dan akar lidah.

Di samping rongga-rongga laring, faring dan rongga mulut sebagaimana telah disebutkan di atas, rongga hidung juga memainkan peranan yang penting dalam menghasilkan bunyi.

Dalam bidang fonetik artikulasi, daerah artikulasi ialah titik penyentuhan di mana berlakunya halangan dalam saluran vokal antara artikulator aktif (bergerak, biasanya sebahagian lidah) dan artikulator pasif (pegun, biasanya sebahagian lelangit mulut) untuk menghasilkan konsonan. Bersama cara artikulasi dan pembunyian, inilah yang menentukan bunyi tersendiri sesebuah konsonan.

Contohnya, bibir bawah yang aktif boleh menyentuh bibir atas yang pasih (dwibibir, seperti [m]) atau gigi atas (bibir-gigi, seperti [f]). Lelangit keras boleh disentuh oleh bahagian depan atau belakang lidah. Jika depan lidah digunakan, maka daerahnya dipanggil gelungan; juga belakang lidah (”dorsum”) pula, maka lelangit (palatal) namanya.

http://wapedia.mobi/thumb/3ad1500/ms/fixed/470/588/Places_of_articulation.svg?format=jpg

Selasa, 22 Maret 2011

SENYUM dan KEMATIAN


Ktika hRapan yg tLh Q gnGgam mNjdi haL yg trkuBur MATI, sMw yg tRasa indAh LnyAp tnPa tRsiSa sbuTir dEbupun.. Sinar khdPn mNjdi 1 katA kgLapan yg mNgGeLayut mEsRa puing khAncurAn, yg adA hnya fikiRan aKan kmAtian.. MngApa huRuf" yg mnyUsun kT BAHAGIA tk pRnh Q miLiki, apakh iTu hnya d mLki seOrang sLain dR Q.. KtrPurUkan ini kn mMbwa dR Q k dLm LmbaH kSngSaRaAn, yg mMbwA Q dLm KEMATIAN.. Lgi" kt iTu yg mLekAt eRat dLm hTi dn fikiRan, tNp ada khdPn yg kn Q jLni.. dn KAU, apkH kAU mzh mNginGiNkn khdpn duNia ??? tRsLh tRsnyuM krn iTu Lngkh tk tTp hdp, dri Q tk bz tRsnyUm dgn sMw aLur khdpn, & mUngkin duNia q naNtikaN tUk Q tingGaLkn.. BhgiaLah dGn khdPnmU, tk kn ada yg hnTkn LngKh mu, biarLh sMw ktRpuRukan sLaLu trSnyUm kpd Q..

Ketika Semua Harus Berakhir




KetiKa semua harus di aKhiri dengan meNutup maTa, akhRiLah dg uCapan kaLimat aGung,
TingGaLkan semua tuGas kehidpaN,karena pena teLah tuLiskan keinGinannya, BerjuTa maAf teRucap pada seTiap jiwA yang teLah beriKan arti daLam kehiduPan, karena koTornya iwa ini tak mampu berikan arti pada semua, BiLa semua haRus beraKhir, akhRiLah dengan keikhLasan senyUm yang teRukir, tinggLkan peRjaLanan singKat kehidupan,karena waktu teLah memanggiL, SetEtes air mata harapkan jadi tuMpuan keaBadiAn cinTa kasih kaLian, MenUntUn dan membawa Qu ke singgasana suRga, biLa semua haRus beRakhir..

Senin, 30 Agustus 2010

Untuk Ibu yang Selalu ku Cinta

Sekitar puluhan tahun yang lalu, sosok wanita itu terbaring penuh tenaga, peluh, dan darah yang keluar.

Bersimbah penuh doa, mengalir penuh makna.

Hari-hari terlewati dengan penuh kesabaran dan senyuman, tak gentar meski kekesalan kerap merangkul.

Tak menyerah meski cucuran keringat membasahi anggun tubuhnya.

Di tetaplah dia, yang rela menaruhkan nyawa demi semua yang ku cita-citakan.

Ibu...

Engkaulah wanita itu, kau hadir laksana mentari pagi yang hangatkan jiwa serta ragaku.

Kau datang laksana bintang yang terangkan seluruh kegelapan dalam hidupku.

Semua yang terbaik telah kau sampaikan pada diriku, segala yang kau milki tlah kau haturkan untuk diriku.

Ibu... kini aku telah beranjak dewasa, dan telah mengerti tentang apa yang harus kulakukan padamu, tanpamu... aku takkan hidup ibu, aku takkan sebesar ini.

Ibu...

Jasamu melebihi apa yang telah aku lakukan padamu, seisi bumipun bila ku berikan untuk dirimu, takkan mampu membalas bidi luhurmu.

Ibu...

Tetesan air mata ini, air mata penyesalan ibu, aku menyesal tak dapat melakukan apa yang kau harapakan, walau memang kau tak pernah mengharapkan apapun dari diriku.

Ibu...

Kini ragamu semakin lemah, semakin tua, namun kecantikan itu selalu nyata, selalu ada.

Ibu...

Bila Tuhan ijinkan diriku untuk berbakti pada dirimu, ridhoilah langkahku ibu.

Ibu...

Bila waktu kan membawaku untuk melakukan yang terbaik pada dirimu, raihlah kedua tanganku ini ibu.

Ibu...

Jasa dan kebaikanmu sampai kapanpun takkan pernah terganti, sampai kapanpun takkan pernah kulupa.

Karena apa yang telah kau haturkan untuk diriku takkan ada yang mampu menyerupai, takkan ada yang mampu menyamai.

Terima kasih ibu, terima kasih